Di balik kekacauan file-file yang tampaknya tak beraturan di rak-rak arsip, tersembunyi kekayaan pengetahuan yang tak terhitung jumlahnya. Kearsipan bukan sekadar tumpukan dokumen berdebu yang terlupakan arsip adalah jendela ke masa lalu yang menawarkan wawasan tentang sejarah, budaya, dan evolusi kita sebagai masyarakat.

Dengan memahami pentingnya kearsipan, kita dapat menghargai warisan budaya kita dan memastikan bahwa cerita kita tetap hidup untuk generasi mendatang. Sebuah dunia yang lebih kaya dan berpengetahuan menunggu untuk dijelajahi melalui kekayaan arsip

Ketika kita memasuki sebuah arsip, kita seolah-olah memasuki lorong waktu yang membawa kita kembali ke masa lalu. Surat-surat, catatan, gambar, dan rekaman audio atau visual membawa kita pada perjalanan melintasi zaman. Dari berkas-berkas tersebut, kita dapat melihat bagaimana orang-orang dari generasi sebelumnya hidup, bekerja, dan berinteraksi. Misalnya, surat-surat antara tokoh sejarah, atau catatan harian seseorang, dapat memberikan wawasan yang berharga tentang kondisi sosial, politik, dan ekonomi pada saat itu.

Arsiparis adalah orang-orang yang bekerja di balik layar, menjaga dan merawat dokumen-dokumen penting agar tetap terjaga sepanjang masa. Tanpa arsiparis, dokumen-dokumen sejarah, data-data penting, hingga surat-surat berharga mungkin akan hilang tak berbekas. Bisa dibayangkan, betapa kacaunya dunia ini tanpa keberadaan mereka. Lihat saja tumpukkan kertas di meja kerja kalian, sudahkah terbayang bagaimana rumitnya menatanya jika jumlahnya sudah menumpuk. Kutipan “jas merah” merupakan kepanjangan dari “jangan sekali-kali melupakan sejarah” yang disampaikan oleh Ir. Soekarno tahun 1966 dalam pidato terakhir di masa jabatannya, mungkin bisa mewakili profesi arsiparis saat ini, sejarah tidak dapat di ulang, tapi kenangan dan cerita dari masa lalu bisa kita teruskan ke generasi-generasi selanjutnya.